Mengapa kamu mengusik mimpiku?
Perih kutanyakan padamu.
Begitu indah tingkahmu. Syahdu.
Begitu harum desahmu. Lembut.
Begitu ruhsana senyummu. Resah.
Peluk aku sedalam tatap matamu.
Jangan pernah tinggalkan aku.
Hingga akhir mimpiku.
Jika rinduku seperti setetes pewarna
Maka aku akan lukis mentari di malam hari
Biarkan cahayanya mengikis suram yang tercipta
Sampai hatiku penuh dengan nur dan dian
Tidak segelap dulu lagi
Aku akan menciptakan rembulan di siang hari
Agar tatapan lembutnya membelai setiap sudut hati
Setiap relung sukma yang penuh dengan perih
Setiap lekuk sanubari yang haus akan kasih
Bukan sara, bukan nelangsa, bukan gulana
Sebuah padang rumput akan tergambar
Di dataran rasa yang hijau luas terhampar
Dulunya begitu kering kerontang
Tak tersentuh oleh air romansa
Tak terhembus oleh sepoi ruhsana
Terlalu sering dijamah dan disiksa kemarau lara
Terlalu lama terhimpit oleh kehampaan
Aku begitu rindu
Dan semakin rindu
Sampai akhirnya aku bertanya selalu
Sampai kapan rindu itu berlalu ?
Rindu ( Belum Kasip )
Rinai rintik hujan pertegas jarak rinduku
Berlari dengan langkah-langkah kecil
Ada decak ... ada ragu ...
Ada gontai dari langkah kecil yang tak tentu
Mengejar hembusan nafas harum nan lembutmu
Dan kala dendam rindu ini datang mendera
Bayangmu sesaat memaku segala gerakku
Mengalihkan mataku pada indah sudut matamu
Yang menampakkan butiran-butiran kasih sayang
Rinduku ...
Bersangkar dalam hati yang tamaram
Di pagar waktu di jaga malam
Melagukan merdunya kepedihan
Bagian terindah dari kebahagiaan yang kita punya
Di sini ... di jarak waktu ini
Aku menjadi pedih !
Mencari cahaya yang telungkup di balik bukit
Memutuskan satu nadi waktu
Menanti jiwamu yang tak ragu ...
Belum kasip rinduku ... hanya untukmu
geus heula ach sakitu we ach
IFC
~~~~~~
~~~~~~